November 01, 2009

*In my oldman's prayer*

Dalam doanya, yang mengalir tinggi ke tahta surgawi dipanjatkannya segala pujian bagi Sang Maha dengan kekudusanNya, dan diundangnya tahta surgawi itu dalam kehidupan manusia di bumi, sehingga genap segala kehendakNya di bumi segenap kehendaknya dalam tahta surgawi yang suci. Segala harapan dan permohonan dipanjatkan dan dengan kerendahan hati tulus menerima segala kehendakNya dalam hidup yang dijalani dengan ketulusan hati.
Dalam setiap doa paginya, ayah selalu mengucapkan jauhlah hati kita dari letih, jauh dari vonis-vonis premature akan kerasnya kehidupan yang dapat menuntun terhadap tertutupnya tingkap-tingkap langit atas berkat yang tercurah deras masuk kedalam pintu berkat hidup masing-masing kita, karena kita tawar hati untuk menjalani hidup dengan kegairahanya. Saya masih dapat bersyukur dan semoga dapat terus bersyukur, masih dekat bertatap fisik dan bercengkrama walau satu setengah hari dalam seminggu dengan keluarga, selain HP, bagaimana dengan mereka yang hidup jauh dari keluarga untuk menghidupi dirinya, belajar menjalani hidup, betapa sering kesepian menghampirinya dalam kegalauan pencarian jati diri, arti dirinya dalam kehidupan yang dijalani, hingga akhirnya menyerah terhadap ketidakpastian yang abadi, karena lambat laun pola pikir dan cara pandangnya terarah demikian. Semoga kita penuh dengan semangat juang menghadapi hidup, karenan hidup harus dijalani dengan sehidup-hidupnya hidup. Jauhlah hati dari perasaan sepi karena kita hidup ditengah banyaknya kerumunan orang yang masih menjalani hidupnya dengan semangat hidup. Semoga kita terus berusaha untuk memperbaiki diri kekhilafan/kealpaan diri. Banyak orang mencari cinta, sedangkan cinta ada dalam diri setiap kita dan jagat raya ini penuh dengan cinta. Jauh hati dari pahit dan getir luka karena manifestasi cinta jauh dari angan, mengapakah melihat cinta dari sudut pandangmu, lihatlah cinta dari kebesarannya memeluk penolakan, tetaplah dia cinta, yang mampu memberi dengan ketulusan dan kebesaran jiwa, tanpa berharap cinta yang diberikan cinta akan beroleh cinta yang sama.
Jalani hidup dengan sehidup-hidupnya hidup, jalani cinta dengan secinta-cintanya cinta, dalam ketulusan yang abadi yang Tuhan gambarkan dalam penciptaannya akan manusia, jagat raya dan isinya, jadikanlah Tuhan batu penjuru hidupmu, nak, kelak hatimu jauh dari ketawaran, dan kegetiran, kelak kau tau jalani hidup sebagai manusia dalam peran-perannya.
Gunakan mata, telinga, pikiran hatimu untuk menilai, selain perasaan hatimu nak, engkau akan belajar mengetahui dan menyelami hatimu dan sesamamu, engkau akan mengetahui kegalauan terkelam manusia sejauh tubir laut, engkau akan mengetahui keingkaran hatimu dan sesamamu, engkau akan mengetahui ketulusan dan kepura-puraan. Wahai engkau anakku laki-laki dan anakku perempuan, engkaulah biji mataku, yang melihat masa yang penuh harap akupun dapat melihatnya dengan waktu yang terus bergulir di senjaku.
Nilailah keluarga dalam arti yang luas, jauhlah kukungan pengertian harfiah yang memenjarakan manusia dari kemampuannya menterjemahkan keluarga sebagai kumpulan manusia yang hanya memiliki hubungan darah. Sekalipun engkau tidak memiliki pengertian awam kebanyak seperti itu, jauhlah hatimu dari susah, karena keluarga tidak selalu harus kau artikan sebagai hubungan darah, persatuan pertalian dua manusia berbeda kelamin yang menghasilkan manusia-manusia baru. Lihatlah pula keluarga yang dihasilkan melalui pertalian iman dan pertautan persaudaraan, merekapun memiliki kadar yang seimbang dengan keluarga dalam ikatan lahiriah. Dan Tuhan tetap mencurahkan berkatnya sama, jangan kau kuatir akan perkataan dan pergunjingan orang, anakku, karena akulah yang lebih mengetahui engkau, dengan semua kemerdekaan pikiranmu, dan ketulusanmu. Segala rencana yang dibuat yang terpikir sempurna dalam pandangan manusia, kelak Sang Pencipta yang menyempurnakan yang terbaik bagi hidupmu.
Menerima ijin Sang Maha Kuasa untuk memilikimu, wahai anak-anakku dalam hidupku, adalah pula bimbinganNya mengajariku dan engkau anakku untuk menjalani hidup dengan sehidup-hidupnya dalam peran yang kita jalani bersama dalam hidup ini. Dia adalah orang tua yang memberikan tauladan menjadi seorang ayah, sehingga aku dapat menjalani perannku sebagai ayah, Dia adalah seorang anak yang memberikan tauladan menjadi seorang anak, sehingga engkau wahai anakku dapat menjalani peran sebagai anak. Wahai engkau anakku, engkau adalah miliknya dari awal hingga akhirnya. Aku bersyukur mendapat percayanya, membersarkanmu, dan beroleh bakti darimu, wahai anakku.
Kasih dan doaku, menyertaimu selalu dalam langkah-langkah hidupmu wahai anakku.

No comments: