July 06, 2011

Ruyati ke 2

Ruyati ke 2
by Sri Monica Indriaty on Saturday, June 25, 2011 at 11:18pm

Agak enggan nulis ini tapi harus, kasus sama dari tahun ke tahun, semoga kali ini lebih mati-matian pencarian jalan keluarnya.

Siaran TVRI Pusat Jakarta pukul 19.00, kembali menayangkan kasus TKI di Saudi Arabia.

Karena tidak mengikuti dari awal, saya hanya mendengarkan dua kisah.

Kisah pertama dari Rasmini, asal Jawa Tengah, disiarkan dari TVRI Jawa Tengah, mengalami cacat permanen, harus menggunakan kaki empat untuk berjalan. Rasmini sama sekali tidak mendapatkan gaji atas kerja yang telah dilakukannya, setelah mengalami penganiayaan oleh majikannya, Rasmini masuk rumah sakit, dan sekujur tubuhnya harus dipasangkan pen. Selama di rumah sakit, sang majikan tidak pernah melihat, beruntung Rasmini mendapatkan bebas biaya rumah sakit.Saat ini Rasmini telah berada di kampung halamannya, namun Rasimini tidak dapat melakukan kegiatan-kegiatan seperti keadaannya saat masih sehat tanpa cacat. Tetap semangat Bu Rasmini, Ibu tetap bisa berkarya!



Kisah kedua dari Atikah, asal Jawa Barat, disiarkan dari TVRI Jawa Barat, masih tak sadarkan diri di salah satu RS di Saudi Arabia (jika tidak salah dengar tadi, atau sudah kembali ke Indonesia) nyaris menjadi korban kekerasan seksual, karena terus-menerus melawan setiap kali majikannya ingin melecehkan, Atikah dipaksa untuk minum sabun, hingga minum pemutih pakaian. Atikah pun tidak mendapatkan gaji untuk kerja yang dilakukannya.

Kedua TKI ini bekerja di Saudi Arabia dan Medinah Saudi Arabia melalui PT. PJTKI Alatas Ikhwan, Condet Jakarta Selatan.

(Iseng-iseng, browsing, ini salah satu PT. PJTKI yang termasuk dalam daftar hitam, dari 106 PT. PJTKI yang bermasalah, itu up date per 6 Juli 2007,

http://www.gugustugastrafficking.org/index.php?option=com_content&view=article&id=121:bnp2tki&catid=97:pptkis-bermasalah&Itemid=126)

PT Alatas Ikhwan/ Anis Amir: KEP.461/MEN/2006 30-11-2006: Jl. Raya Condet No.47 Balekambang, Jakarta Timur (021) 80880924/ 8401035: 20: PT Alfa Nusantara Perdana/ Anissawati

Semoga fakta-fakta yang dikemukakan oleh media telekomunikasi televisi, surat kabar, jejaring sosial, dan lain-lain selama bertahun-tahun ini, bisa dijadikan momentum bagi pemerintah beserta jajaran terkait untuk sungguh-sungguh melakukan yang terbaik bagi nasib para Ruyati lainnya yang masih berada dalam daftar tunggu hukuman pancung di negara Saudi Arabia.

Mungkin perlu di buka kembali data, bagaimana Alm. Presiden Abdurrachman Wahid ( Gus Dur) melakukan usaha-usaha sehingga salah satu (kalau tidak salah) TKI bernama Siti Zaenab, masih menjalani penundaan hukuman pancung, semoga beroleh pembebasan, semoga para TKI yang lain dapat bebas pula dan kembali pulang ke Indonesia. Beberapa TKI di Malaysia pun mendapatkan bantuan alm. Mengingat pada tahun 2009 kematian buruh migran mencapai 1018 orang, bisa dilihat link migrant care.

Yang harus digarisbawahi adalah hal-hal yang subtansi/ penting / inti mengenai usaha-usaha yang melindungi TKI, yang harus diperhatikan dan dilakukan Departemen Luar Negeri dan pemerintah lakukan. Kisah usaha Alm. Gus Dur, jangan dijadikan beban atau sikap defensif pemerintah, tapi yang harus dicontoh adalah kegigihan mengusahakan jalan keluar dengan melakukan high diplomacy. Bukan berarti bahwa apa yang dilakukan alm. Gus Dur selalu membuahkan hasil pembebasan, tapi yang dapat dipelajari adalah kegigihan, kekonsistenan, dan kecepattanggapan. Begitu ada yang memohon bantuan ditanggapi dengan tindakan nyata yang sungguh-sungguh (all out)

Banyak pembenahan yang harus dilakukan, ada yang mengusulkan untuk pembenahan infrastruktur penunjang dapat dikembangkannya pembukaan lapangan-lapangan pekerjaan bagi warga Indonesia. Mudah-mudahan sungguh-sunguh dilakukan untuk kemaslahatan, terhindar dari pencarian keuntungan golongan.

Mudah-mudahan kedepannya, pendidikan bisa dinikmati oleh semua penduduk Indonesia dan dunia, bukan hanya mereka yang memiliki uang. Confucius pernah berkata, 'There is no discrimination in education” (tiada perbedaan dalam pendidikan atau secara ekstrim diterjemahkan tidak ada diskriminasi dalam pendidikan).

Sehingga lebih banyak orang-orang berketerampilan dan berpendidikan yang memiliki daya saing tinggi dan juga memiliki akhlak mulia.

Kita masih bisa berusaha di negeri sendiri walau mungkin kekurangan, tapi pasti Tuhan berikan jalan, untuk orang-orang yang rajin dan ulet, walaupun bukan kekayaan dan silau dunia, yang dimiliki oleh sebagian penduduk Indonesia baik dengan cara yang jujur dan halal atau sebaliknya, yang jumlah prosentasenya sedikit dibandingkan penduduk Indonesia kebanyakan lainnya, tapi saya yakin pasti Tuhan berikan kecukupan untuk kita semua, jangan kuatir teman-teman, Ironis kebanyakan dari mereka orang-orang desa yang tak terlalu berketerampilan dan lugu.

Pasti bisa!

No comments: