July 06, 2011

Ruyati

Ruyati
by Sri Monica Indriaty on Wednesday, June 22, 2011 at 11:03pm

Akhirnya (kedua kalinya saya tulis kata 'akhirnya' pada hari yang sama, untuk dua buah note yang berbeda)

Kata Ruyati pertama kali saya temukan di jejaring sosial twitter, karena memfollow orang-orang keren (cie, karena merasa tidak keren, hiikksss...) saya belum nonton tivi, soalnya.

Well alasan sebenarnya, karena saya kagum dengan isi kepala mereka (karena korteks otak besar manusia begitu ajaib(btw. cari tau sendiri ya di wiki apa itu korteks otak besar manusia)

Ok, let's get to the point, saya tidak akan berpanjang-panjang siapa Ruyati, darimana dia berasal (jelas warga negara Indonesia), usianya berapa dan bla...bla...

Semoga kasus Ruyati ini tidak menjadi sebuah polemik yang berujung pada 'dagelan ironis' karena tidak menemukan jalan keluar bagaimana seharusnya pemerintah menyelesaikan banyak kasus para TKI yang akan terus terjadi menjadi tragedi kemanusiaan, diantara tragedi kemanusiaan, yang terjadi di negara kita Indonesia dalam konteksnya masing-masing.

Saya cuma mau beropini atau berpendapat sendiri, dengan mengutip apa yang ditulis oleh mas Ulil abshar Abdalla di twitternya. hmmmm... saya singkat-singkat aja lah nulisnya...pake angka 2 untuk pengulangan atau tdk u/ tidak...bla..bla...

Diluar silang pendapat yang terjadi yang saya baca di facebook belum sampai ke jejaring tertentu, saya ingin kutip pendapat mas ulil , ‘Ada orang-orang yang tersinggung kalau Saudi Arabia di kritik. Seolah2 mengkritik Saudi sama dengan mengkritik Islam. Ini pandangan keliru’.

Menurut saya, mengemukakan pendapat/ opini, perasaan, bisa dengan berbagai cara. Cara penyampaian dan penerimaan setiap pribadi berbeda-beda.

Orang2 yg memperhatikan nasib tki di manapun mereka berada, apapun kepercayaan yg dimiliki majikan tki ( selagi msh ada hati nurani dan mata hatinya masih terbuka bahwa mata Tuhan melihat setiap perbuatan kita, dan hatinya bisa menerima Kebenaran) pasti sedih dan marah, memprihatinkan nasib para tki2 itu, berusaha mencari peruntungan di negara org u/ kebahagiaan keluarganya, karena tidak/belum ketemu jalan keluar memperbaiki nasib atau apakah suatu kebanggan bekerja di luar negeri dibantu oleh para penyalur tki yg juga turut mendampuk keuntungan sebagai salah satu sebab akibat dari menjalankan suatu usaha ada supply dan demand, belum lagi para tki itu di palak di bandara, dan ironisnya para tki penyumbang devisa untuk negara kita.

diluar silang pendapat yang terjadi sekali lagi saya kutip pendapat mas ulil , ‘Ada orang-orang yang tersinggung kalau Saudi Arabia di kritik. Seolah2 mengkritik Saudi sama dengan mengkritik Islam. Ini pandangan keliru’.

Apakah semuanya menjalani perintah agamanya masing2, saya pikir orang2 yg dapat berpikir dan mengutamakan hati minus emosi negatif dapat mengambil kesimpulan dari apa yang terjadi diluar adakah kemungkinan keterbatasan bahasa komunikasi, adat istiadat, kebiasaan, keterampilan atau latar belakang psikologi, atau kekesalan yang terakumulasi, sebagai salah satu pemicu tragedi tersebut dan tragedi-tragedi yang lain dimasa lampau, sedang berlangsung atau yang akan datang.

kasus penganiayaan atau penodaan atau pembunuhan selain terjadi kepada para tki juga terjadi pada majikan (dengan prosentase yang terlalu menyolok, karena kebanyakan korban adalah pekerja) pada majikan terjadi karena pekerja teraniaya, atau pekerja silau dengan harta sang majikan, atau terjadi kerjasama antara pekerja dengan orang luar rumah.

Kalau saja, kita semua tak terkecuali, bisa belajar sungguh-sungguh, memahami pangkal dan ujung segala perkara.

Sepertinya kasus-kasus ini masih akan kita dapati di tahun2 mendatang seandainya, tidak dicari jalan keluar terbaik. Seyogyanya orang-orang yang berkecimpung di perpjtkian dan pemerintah lebih memahami apa yang harus dilakukan karena sudah banyak contoh kasus. Tinggal keberanian untuk bertindak membenahi diri, diluar entah alasan apa, pemerintah dan pihak2 yang berhubungan dengan per- tki - an belum bisa 'menyelamatkan' para srikandi2 bangsa ini yang sudah menyumbang devisa lebih dari lumayan, entah berapa jumlahnya....masakah nyawa orang dihargai dengan berapa rupiah atau dollar atau dinnar atau entah mata uang apa lagi.

jangan menyerah ya teman2 yang jadi tki di luar negeri, tetaplah bekerja dengan baik.

No comments: